tentang praktikum satu
Kali ini aku mau berbagi tentang serba-serbi praktikum satu yang udah terlalui di semester lalu ~
![]() |
Logo Praktikum 1 - Poltekesos 2017 |
Praktikum satu.. Praktikum.. Hmm, yang terlintas saat denger kata praktikum adalah almamater warna biru, data yang bertumpuk, kelurahan dan sekumpulan orang di tempat baru. Aku mahasiswa kupu-kupu yang gak pandai bergaul cukup kebingungan waktu itu. Gimana gak bingung? Informasi yang aku dapat seputar praktikum lumayan terbatas karena aku cuma kenal satu orang senior yang bisa dijadikan tentor untuk mempersiapkan ini dan itu.
"Gak usah khawatir, praktikum satu gak sesulit itu kok" katanya. Ah tapi, gak peduli berapa kali diminta untuk gak khawatir, tetep aja aku overthinking. Wajar sih, karena baru pertama kali, jadi cenderung takut sama hal-hal yang belum tentu terjadi.
Sebelum turun ke lapangan, aku khawatir
tentang gimana aku berbaur dengan masyarakat. Setelah berada disana, aku justru
lebih khawatir tentang gimana aku beradaptasi dan get along dengan teman-teman
seatap. Seminggu berlalu, aku masih bergandengan dengan perasaan awkward. Aku masih
belum paham gimana caranya masuk dan dekat dengan teman yang ini, gimana
caranya biar bisa nyaman dengan teman yang itu. “Ayolah, udah lima semester mempelajari
perilaku manusia dan pola interaksinya, masa sama temen serumah aja susah terbuka
sih?” itu yang ada dipikiranku setiap kali dihadapkan dengan suasana canggung
di tengah mereka.
Setelah dua minggu menghabiskan waktu
bersama, aku sadar bahwa aku gak bisa memperlakukan semua orang dengan cara
yang sama. Ada yang harus ditanya agar bicara, ada juga yang berbicara meskipun tak ada yang bertanya. Ada yang mudah tersinggung sehingga
harus dijaga perasaannya, ada juga yang gak peka sampai gak bisa jaga perasaan yang
lainnya. Manusia memang sebegitu uniknya. Ada yang bisa dekat karena bercerita,
ada juga yang bisa bercerita karena dekat. Ada yang harus dicampur canda supaya
akrab, ada juga yang harus mengurangi tawa agar bisa nyaman saat bersama.
Padahal, sejak tahun pertama kuliah
sudah diajarkan mengenai prinsip Pekerjaan Sosial. Individualisasi adalah
salah satunya. Ya, everybody is unique and special in their own way.
Kayak yang iya aja ngerti, nyatanya pas implementasi tetep aja sulit memahami.
Tapi iya sih. Semuanya terkesan mudah kalau hanya sebatas memahami melalui teks
deskriptif. Lain cerita kalau coba diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Minggu ketiga di lokasi praktikum, aku
berhasil melepas genggaman awkward yang biasanya muncul saat sedang
bersama. Aku mulai merasa nyaman, sudah cukup mengerti cara memperlakukan
tiap-tiap orang. Kekhawatiran tentang lapangan dan teman-teman sudah menghilang.
Rasanya ingin menghabiskan waktu bersama lebih lama. Sayangnya, pandemi melanda.
Seluruh praktikan ditarik dari lapangan, praktikum pun diberhentikan. Setibanya
di kampung halaman, aku mulai mengkhawatirkan laporan. Hmm, kekhawatiran emang gak
pernah ada habisnya ya.
Satu hingga dua bulan waktuku digunakan untuk
menyusun laporan di rumah. Rasanya berantakan, ada perasaan bersalah karena penyusunan
tersebut bergantung pada laporan praktikum sebelumnya. Tapi, perasaan bersalah
itu selalu aku abaikan. “Ah, kating juga pasti nyontek merujuk pada
laporan kating sebelumnya” begitu pikirku. Haha bajingan sekali ya aku,
kamu dan kita semua yang copas laporan kating dengan teknik parafrase di setiap
poin-poinnya. Tapi, biarlah karena praktikum berjalan tidak sebagaimana
mestinya. Situasi kacau, gak sempat validasi data, cari klien susah, asesmen
terhambat, dan buku referensi pun gak ada. Pada akhirnya kita semua menyalahkan
keadaan dan virus corona. Ada-ada saja.
Long story short, laporan selesai dan sidang
pertama pun telah dituntaskan. Aku dan yang lainnya saling mengucapkan selamat.
Lega rasanya bisa kembali rebahan dan berleha-leha karena gak ada kerjaan.
Meskipun seharian cuma rebahan, nyatanya kepalaku terus aja mikirin banyak hal.
Tentang praktikum salah satunya. Aku mengurai semua adegan per adegan dalam
ingatan. “Oh, praktikum satu bukan hanya tentang identifikasi masalah dan
potensi di lapangan. Juga bukan sekadar penyusunan laporan dan sidang satu per
lima. Praktikum satu itu tentang bagaimana kita sebagai makhluk sosial bersikap
dan memperlakukan sesama” ujarku pada plafon kamar. Tapi, bukankah memang
begitu? One of the most precious things that we’ve got selama praktikum satu,
bukankah memang itu?
Jangan naif, saat di praktikum satu kita
semua pasti pernah ngerasa gak nyaman sama orang-orang baru. Pasti pernah
dihadapkan dengan situasi canggung meskipun hampir tiap hari ketemu. Pasti sering
ngerasa bingung kalau ada salah satu yang tersinggung. Pasti pernah kikuk saat
ada salah satu yang kusut. Kita pasti sering ngomongin temen yang satu
ke temen lainnya. Pun gak jarang juga kita yang jadi bahan omongan temen-temen
saat kita lagi gak sama mereka. Semuanya wajar dan normal. Dan itulah yang kita
pelajari di praktikum satu. Mengenal, memahami, memaklumi dan menerima setiap
karakter juga tingkah laku dari teman kita satu per satu.
Gak cuma tentang memahami mereka, aku
pun belajar memahami diri sendiri. Berusaha self-control supaya gak
menyulitkan orang lain. Berhati-hati dengan lisan untuk menjaga
perasaan orang lain. Belajar jadi orang yang altruistik karena aku emang gak hidup
sendiri. Menerima kritik untuk mengembangkan diri, dan mengapresiasi setiap progress
kecil sebagai bentuk dari pencapaian diri.
Hal-hal seperti ini gak bisa didapatkan melalui kuliah tatap muka di kelas tiap hari. Beda juga dengan dinamika dalam kehidupan berorganisasi. Menyatukan enam kepala orang asing dengan perbedaan latar belakang budaya dan way of thinking, lalu dihadapkan dengan berbagai drama dan situasi krisis. Awalnya gak kenal dan saling ngomongin, tapi seiring berjalannya waktu kami jadi sedekat nadi. Meskipun sudah kembali ke rumah masing-masing, kami masih mendo’akan dan gak berhenti untuk saling menyemangati. Setelah terlewati, praktikum satu jadi sebuah proses yang perlu disyukuri. Oh ya, gimana praktikum satu versi kamu? Apa yang paling berkesan dan yang perlu disyukuri?
Kedepan, masih ada serangkaian proses
yang pasti akan terlalui. Kira-kira, orang-orang seperti apa yang akan
dipertemukan denganku esok hari? Hal-hal apa aja yang bisa aku pelajari dan
bagikan nanti? Ah entahlah, untuk saat ini lebih baik jangan dulu memikirkan
yang lain. Harus fokus buat judul skripsi!
Baiklah, aku sudahi tulisan ini~
Terimakasih untuk teman-teman yang sudah
membersamai, semoga kalian dikelilingi oleh orang-orang baik. Semoga Tuhan menghapuskan
segala kesedihan dalam hati. Semoga nanti kita bertemu lagi! Semoga.. ya!
Semangat untuk hari ini!
See you on the next random sheets! 💙
semangat selalu cantik ❤️
ReplyDeleteTerimakasih Mba Veggy :''
DeleteFokus buat judul skripsinya ya dan bagiin lagi ceritanya. Semangat !
ReplyDeleteTerimakasih yaa!
DeleteAamiin paling serius meh! Praktikum satu berhasil membuat saya sadar knapa dulu di kelas ga benerbener dengerin dosen:((((
ReplyDeleteHahaha gapapa padahal yang dosen omongin di kelas juga biasanya cuma tentang kehidupan dan pengalaman mereka aja :))
DeleteSemangat tehh ....
ReplyDeleteSemoga setiap perjuangan nya dapet hasill tehhh Aamiin
Aaamiin. Terimakasih, ya! Semangaaat :)
Delete